Jungian Typology Introduction in Indonesian
Tentunya kita semua sudah familiar dengan konsep pengelompokan sifat manusia, baik secara sepenggal, maupun ketika tergabung sebagai seperangkat karakteristik yang biasa dikenal sebagai kepribadian. Dan hal yang biasanya paling awal disadari seseorang ketika mempelajari suatu ilmu yang berurusan dengan konsep tersebut yaitu bahwa, terdapat banyak pola pikir yang bisa dijadikan acuan dalam menjawab pertanyaan seputar kepribadian, hal ini sejalan dengan banyaknya dasar/landasan yang digunakan maupun organisasi yang mengembangkan, dan dengan adanya pendekatan berbeda dalam jumlah besar, akan sulit bagi kaum awam untuk menentukan , terlebih lagi jika mau mengasah dan menerapkannya.
Ilmu tipologi, atau secara spesifik disebut Tipologi Jungian merupakan suatu cabang ilmu non-formal yang memayungi berbagai jenis pendekatan terhadap pemanfaatan potensi seseorang melalui karakteristik tipe yang dimiliki, tapi disini kita tidak akan membahas mengenai sejarah maupun latar belakang dari teori tersebut, namun yang akan kita bahas adalah gambaran sekilas mengenai apa yang sebenarnya dipelajari dalam Tipologi, dan cara apa yang bisa digunakan agar mendapat hasil belajar maksimal.
Jadi, beberapa konsep utama yang dibahas dalam tipologi (berlaku secara umum, dan diurutkan sesuai kemunculan pada tahap pembelajaran) yaitu:
1. Dikotomi/Penggolongan (MBTI Dasar)
Konsep dikotomi mulai diperkenalkan dari tahap paling awal, dikotomi merupakan pembagian karakteristik menjadi salah satu dari sepasang hal yang saling berlawanan (contohnya: Dikotomi Suhu, Panas-Dingin | Dikotomi Moral, Baik-Jahat | Dikotomi Belajar, Teori-Praktek). Dan sekumpulan dikotomi yang pertama ditemui ialah yang terdapat dalam 4 huruf tipe MBTI (E/I - Extrovert/Introvert, S/N - Sensing/Intuitive, T/F - Thinking/Feeling, J/P - Judging/Perceiving | Sederhananya 4 dikotomi tersebut memberikan acuan untuk 4 jenis kriteria penilaian yaitu pengambilan energi, pengambilan informasi, pengambilan keputusan, dan pengambilan sikap), namun terdapat juga beberapa dikotomi lanjutan dalam Socionics. Mengenal dikotomi membuat seseorang mampu untuk membaca dua titik ekstrim dari sesuatu layaknya spektrum yang kemudian bisa dibuat menjadi skala dimana setiap hal bisa diletakkan sesuai nilai yang ditetapkan, cara terbaik mempelajari dikotomi adalah dengan mengenali persamaan maupun lawan kata, situasi dimana kata-kata tersebut biasa ditemukan beserta maknanya, juga variasi dalam penggunaan, dan kondisi yang berlaku saat digunakan.
2. Orientasi/Kecenderungan (Peralihan MBTI ke Jung)
Konsep orientasi mulai diperkenalkan pada tahap MBTI menuju Jung namun dilengkapi lebih lanjut pada tahap Socionics, orientasi atau preferensi yaitu dorongan ke arah tertentu baik yang terjadi dalam alam sadar maupun bawah sadar yang menjadi landasan dibalik perilaku seseorang. Konsep orientasi pertama kali ditemui dalam wujud fungsi kognitif (Ada 8 jenis dan berkaitan dengan dikotomi yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu: Te - Thinking Extrovert, Ti - Thinking Introvert, Fe - Feeling Extrovert, Fi - Feeling Introvert, Se - Sensing Extrovert, Si - Sensing Introvert, Ne - Intuition Extrovert, Ni - Intuition Introvert | Singkatnya fungsi memperjelas kesimpulan yang telah didapat dari dikotomi huruf Tipe melalui penyempitan ruang lingkup dikotomi menjadi area yang lebih spesifik), 8 fungsi kognitif dasar diatas akan mendapatkan banyak pelengkapan sesuai tahapan, dan merupakan unsur penyusun utama bagi konsep-konsep lainnya. Mengenal orientasi membuat seseorang mampu untuk membaca pembagian area/kategori dari sesuatu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, membangun kesadaran akan motivasi maupun ketertarikan dalam kehidupan sehari-hari serta faktor penentunya, dan cara terbaik untuk mempelajari orientasi adalah dengan melihat kecocokan maupun ketidakcocokan antara setiap sifat yang dimiliki, memantau pola perilaku maupun kebiasaan, dan mengenali apa yang menjadi faktor pendorong/penghambat aktivitas.
3. Poros/Pasangan (Jung Dasar)
Konsep poros atau axis (yang mengacu pada axis fungsi) adalah garis penghubung yang mengikat dua orientasi yang berlawanan dalam satu pergerakan, dalam konteks fungsi, poros digunakan untuk menghubungkan fungsi berikut: Te-Fi, Fe-Ti, Se-Ni, Ne-Si, yang terikat melalui perbedaan arah penggunaan dan cara kerja yang saling melengkapi (Te-Fi, Pikiran/Logika Eksternal - Perasaan/Etika Internal). Berbeda dengan dikotomi yang membagi kedalam dua hal yang berlawanan, poros menghubungkan dua hal yang berlawanan sebagai dua-sisi dari satu kesatuan. Poros berguna sebagai titik temu antar dua orientasi dengan cara meletakkan kedua orientasi tersebut di posisi yang saling sejajar (Atas-Bawah, Kiri-Kanan, Dalam-Luar), yang kemudian menunjukkan secara tersirat adanya ketergantungan antar kedua hal itu. Mengenal poros membantu seseorang untuk tidak memandang sesuatu secara terpisah-pisah atau hanya dari satu sisi saja, namun sebagai bagian dari sesuatu yang lain, dan cara terbaik untuk mempelajari poros adalah dengan memahami dikotomi yang keberadaannya saling bergantung, mengenali sisi lain dari hal yang sering diperbuat/dipikirkan, dan membaca perubahan orientasi yang dialami dan mencari keterkaitan di antaranya.
4. Manifestasi/Penokohan (Archetype)
Konsep manifestasi atau penokohan adalah suatu penggambaran watak bagi setiap fungsi dalam suatu tipe berdasarkan posisi yang ditempatinya, konsep ini mempergunakan penokohan yang biasanya ditemukan dalam karya sastra klasik, seperti Pahlawan, Orang Tua Bijak, dll. Sederhananya, sebuah fungsi tidak selalu berlaku sama pada setiap tipe, sekalipun fungsi tersebut mencakup orientasi yang sama, namun akan ‘bermanifestasi’ atau nampak secara berbeda sesuai dengan tipe dan kondisi yang berlaku, bisa dibilang setiap fungsi seolah-olah memiliki peran yang dimainkan dalam hidup dan perkembangan diri seseorang. Mengenal manifestasi berarti mengenal setiap sisi pribadi diri sendiri dan ciri kemunculannya, baik yang ditampakkan ke orang lain maupun tidak, dan itu membantu seseorang untuk mengenali kekuatan serta kelemahan yang dimiliki, juga memperbaiki pembawaan diri sesuai lingkungan. Cara terbaik mempelajari Manifestasi adalah bereksperimen dalam merasakan, mengalami, dan menggunakan fungsi, serta menerapkannya untuk melakukan berbagai jenis tugas, serta memantau dampak yang dihasilkan.
5. Susunan/Kapasitas (Socionics Dasar)
Konsep susunan mulai diperkenalkan dalam tahap socionics, dan susunan ini secara spesifik disebut dengan Model A, susunan bertugas mengatur kapasitas serta area kerja semua fungsi sebagai satu kesatuan tipe. Pembagian blok Model A ada 4 (Ego, Super-Ego, Super-Id, Id), sederhananya pembagian fungsi dilakukan kedalam beberapa area: Sadar/Bawah Sadar, Kuat/Lemah, dan Disukai/Kurang Disukai. Dan memahami susunan dapat memberikan gambaran untuk lebih memperjelas apa yang sudah dibahas di poin Penokohan, melalui pengetahuan tentang bagaimana fungsi beroperasi, dimana tempatnya ditugaskan, seberapa kapasitasnya, dan seperti apa relasinya dengan sang pengguna. Hal tersebut sangat membantu ketika sedang berlatih untuk menggunakan fungsi, namun juga berguna untuk mengenali orang lain yang memiliki fungsi tertentu pada posisi yang lebih kompeten dari kita agar bisa mendapat feedback. Cara terbaik untuk mempelajari Susunan yaitu dengan menggunakan fungsi secara konsisten dari waktu ke waktu sampai benar-benar mengenali sistem kerja setiap fungsi lewat produk yang dihasilkan melalui suatu interaksi.
6. Atribut/Notasi (Socionics Model A)
Konsep atribut/notasi merupakan pelengkapan terhadap fungsi kognitif yang sebelumnya telah dibahas, dan hanya diperkenalkan ketika sudah mencapai tahap mahir. Atribut memperkenalkan seperangkat dikotomi yang berlaku bagi fungsi ketimbang tipe, dan nilai dikotomi yang dimiliki oleh suatu fungsi mempengaruhi sumber bahan, proses yang dikerjakan, maupun hasil keluaran fungsi tersebut. Selain itu terdapat juga Dimensionalitas (tingkat kerumitan suatu fungsi) yang mempengaruhi jenis bahan yang mampu dicerna, dan Notasi (tanda +/- atau cakupan aspek positif/negatif dalam fungsi) mempengaruhi ruang lingkup kerja yang diambil. Kemampuan menguasai Atribut/Notasi biasanya merupakan jaminan seseorang mampu memahami konsep Tipologi lanjutan, karena hal tersebut tidak dapat dipahami dalam waktu singkat, dan harus melewati banyak observasi dan renungan. Namun setelah memahaminya, Atribut/Notasi dapat digunakan sebagai bahan eksplorasi untuk memahami teori lain dan menciptakan penjelasan baru. Cara terbaik mempelajarai Atribut/Notasi adalah dengan sering membaca, membahas, menulis, dan membuat replika sistem fungsi dalam pikiran untuk di-isi dengan dikotomi secara bergantian.
7. Alur Metabolisme (Socionics Lanjutan)
Konsep alur metabolisme merupakan konsep yang didasarkan pada salah satu dikotomi lanjutan (disebut dikotomi Reinin) yaitu Right/Left, atau juga disebut sebagai Evolution/Involution, Process/Result, Deductive/Inductive, Complex/Simple, Artificial/Natural, dll. Dikotomi tersebut membagi 16 tipe menjadi 2 kategori paling fundamental, yaitu tipe Right (ENTP, ISTP, ESFP, INFP, INTJ, ESTJ, ISFJ, ENFJ), dan tipe Left (ESTP, INTP, ENFP, ISFP, ISTJ, ENTJ, INFJ, ESFJ). Sederhananya pembagian ini berkaitan dengan arah berpikir dan landasan hidup suatu tipe, dimana tipe Right memiliki alur fungsi N-T-S-F (NeTiSeFi/NiTeSiFe dan kembali ke awal) dan tipe Left memiliki alur fungsi S-T-N-F (SeTiNeFi/SiTeNiFe dan kembali ke awal). Tipe Right disebut tipe Deduktif karena dimulai dari hal umum/ide-intuisi dan diakhiri dengan hal khusus/pengalaman-sensing, sedangkan Tipe Left disebut tipe Induktif karena dimulai dari hal khusus/pengalaman-sensing dan diakhiri dengan hal umum/ide-intuisi, perlu diketahui bahwa peralihan fungsi ke fungsi diatas hanya berlaku jika mereka mengapit fungsi T/Thinking, karena mengacu pada pemikiran/pendekatan. Tipe Right disebut tipe Process karena lebih mengutamakan keakuratan dari proses yang harus dilalui sampai ke setiap transisinya (NeTiSe/NiTeSi, menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi dan merencanakan sebelum melakukan), Tipe Left disebut tipe Result karena lebih mengutamakan langkah sederhana yang bisa diambil menuju end state/hal atau hasil yang dituju dari beginning state/kondisi awal (SeTiNe/SiTeNi, menghabiskan waktu untuk mencoba dan beradaptasi sebelum merancangkan). Tidak peduli fungsi utama suatu tipe ketika dibandingkan dengan model utama dari tipe Right/Left, alur metabolismenya akan tetap sama, ISFP (FiSe->FiSe,SeTi,TiNe,NeFi, seterusnya). Alur metabolisme adalah siklus saling dikte antar fungsi secara searah (contoh: Ne-Ti-Se-Fi-Ne, berarti Ide menjadi dasar dari Logika, Logika menjadi dasar dari Tindakan/Pengalaman, Tindakan/Pengalaman menjadi dasar dari Prinsip, Prinsip menjadi dasar dari Ide). Menguasai alur metabolisme akan mempermudah seseorang dalam mengatur regulasi psikologisnya, mengenali apa yang menguras energinya, dan memberikan perawatan yang tepat sasaran, cara terbaik mempelajari Alur Metabolisme adalah dengan sungguh-sungguh menerapkan fungsi secara saling terkait dalam dinamika kehidupan.
8. Siklus Respon (Socionics Model B)
Konsep siklus respon adalah konsep tertinggi yang bisa saya pelajari saat ini, dan konsep ini memperkenalkan beberapa hal, diantaranya:
-Feedback Loop sebagai dasar dari dikotomi Right/Left dan Notasi +/-
Feedback Loop adalah terbentuknya suatu rute ketika suatu akibat dari sesuatu terlempar kembali ke sumbernya dan menimbulkan akibat yang sama namun dengan peningkatan/penurunan intensitas, dan ada 2 jenis feedback loop, yaitu positive feedback loop (dimana terjadi peningkatan intensitas) dan negative feedback loop (dimana terjadi penurunan intensitas), positive mengacu kepada tipe Right karena memiliki sifat transformasi/mengurangi keseimbangan untuk memicu perubahan (N-T-S, membuat bayangan sebelum menerapkan dan menyimpan hasil dalam wujud rincian, cenderung menginisiasi dengan mengundang input), dan negative mengacu kepada tipe Left karena memiliki sifat normalisasi/menciptakan keseimbangan melalui eliminasi perubahan (S-T-N, membiasakan diri sebelum menerapkan dan menyimpan hasil dalam wujud gambaran, cenderung mengakhiri dengan menangkal input). Feedback Loop juga menjelaskan mengapa tipe Right memiliki tanda + pada fungsi pertamanya sedangkan tipe Left memiliki tanda - seperti yang sudah dijelaskan melalui jenis Feedback Loop yang dimiliki (Positive/Negative).
-Tanda +/- sebagai Kondisi Mood yang memiliki Transisi
Ini juga merupakan pelengkapan terhadap konsep sebelumnya, kali ini ada atribut dan peran tambahan terhadap tanda +/- pada fungsi.
+ mengacu pada kadar energi yang tinggi dan kadar informasi yang rendah, membawa suhu panas.
- mengacu pada kadar informasi yang tinggi dan kadar energi yang rendah, membawa suhu dingin.
contoh:
Ti++, Argumentatif
Ti+-, Penasaran
Ti-+, Berpendirian
Ti--, Skeptis
ketika mendapat positive feedback berjalan ke arah notasi +
ketika mendapat negative feedback berjalan ke arah notasi -
-Paradigma bahwa tipe adalah sesuatu yang dinamis dan dibentuk tidak hanya melalui proses fungsi yang dimiliki seseorang secara pasif namun juga melalui feedback loop yang dihasilkan dari interaksi aktif antara fungsi dengan input yang diberikan oleh lingkungan.
-Penggunaan Model B yang mengekspansi Model A menjadi 16 Fungsi, yang secara dasar masih menyerupai Model A namun dibuat menjadi 2 sisi, yaitu Internal dan Eksternal, untuk membedakan proses Alur Metabolisme tipe extrovert dan introvert.
Kemungkinan besar yang terjadi ketika menguasai konsep Siklus Respon yaitu penguasaan dan kendali fungsi yang lebih tinggi, serta pengaturan lingkungan yang sesuai untuk mendukung aktivitas fungsi yang ingin digunakan. Dan cara terbaik untuk mempelajarinya adalah dengan terus mencari tau dan berdiskusi, tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai belajar.
- Gerry (ISFP/ESI)