Mount Kerinci SumatraCoverage
TRAVELING
SABTU 21 JANUARI
TAHUN 2017
HALAMAN 17
Serunya
Mendaki
Kerinci
Sebelum Perjalanan
Latihan Fisik
Banyak-banyak
latihan cardio
untuk menguatkan
paru-paru dan melatih otot
jantung. Lakukan latihan
simpel seperti joging tiap pagi
dan sore, bersepeda dengan
jalur menanjak, dan latihan
otot kaki seperti naik-turun
tangga. Idealnya, dimulai
dua bulan sebelum trip.
Cari Info
Pelajari karakter
gunung yang
akan didaki agar
logistik bisa menyesuaikan.
Mendaftar open trip seperti
saya adalah opsi yang
bagus. Kita bisa bertemu
banyak teman dan sharing
info maupun pengalaman.
Menghabiskan
Pergantian
Tahun
di Puncak
Kerinci
Logistik
Menabung
Untuk ke Kerinci
kemarin, saya
menghabiskan biaya sekitar
Rp 1,3 juta. Bisa bertambah
bergantung pada lama
waktu perjalanan.
Memulai Pendakian
AKHIRNYA: Setelah berjuang mendaki, saya tiba
di puncak Kerinci. Agak terlambat karena saat sampai
di sana fajar pertama 2017 sudah merekah.
JAWA POS PHOTO
Bagi komunitas pencinta alam, merayakan
pergantian tahun dengan mendaki
gunung seakan sudah tradisi. Itulah yang
juga dilakukan Ari Ganesa akhir tahun
lalu. Dia mengikuti open trip pendakian
yang diadakan Tiga Dewa Adventure.
Menaklukkan gunung yang diimpikan sejak
lima tahun silam: Kerinci.
Desa Kersik Tuo
Pendakian bisa dimulai
dari Desa Kersik Tuo. Di
sana tersedia beberapa
penginapan (home stay)
milik warga. Jika ada
perbekalan yang belum
lengkap, ada beberapa
toko yang menjual
makanan dan perlengkapan mendaki.
Menuju ke Pos
Pendakian (Pintu Rimba)
cukup jauh. Bisa sewa
kendaraan warga.
Untuk alasan keamanan,
sebaiknya siapkan
peralatan mendaki yang
lengkap serta melebihkan logistik makanan
dan minuman.
Saat Mendaki
JAWA POS PHOTO
Wajib menjaga
kebersihan dengan
tidak membuang
sampah sembarangan.
Gunakan trekking pole
untuk memudahkan saat
menanjak dan menghadapi turunan yang curam.
Jaga kekompakan
dengan anggota tim.
GRAFIS: ARIE DINI/JAWA POS
Sumatera
Oleh:
ARI GANESA
Wartawan
Jawa Pos
KERINCI termasuk dalam
seven summit Indonesia sekaligus gunung berapi tertinggi di
Asia Tenggara. Gunung dengan
ketinggian 3.805 mdpl tersebut
berada dalam kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Kawasan yang juga merupakan
habitat asli harimau sumatera
dan badak sumatera yang kini
populasinya terus menurun.
TNKS dan tetangganya, Taman
Nasional Gunung Leuser dan
Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, dinobatkan UNESCO
sebagai situs warisan dunia.
Meski bukan pendaki profesional
dan tidak berasal dari kelompok
pencinta alam, menurut saya,
memperingati pergantian tahun
dengan mendekatkan diri ke
alam merupakan salah satu cara
terbaik. Juga melepas penat di
sela-sela bekerja.
Jumat sore (30/12) saya tiba di
Desa Kersik Tuo, Jambi. Itu adalah desa terakhir sebelum pendakian. Tersaji pemandangan
yang menawan dengan hamparan lahan kebun teh kayu aro
seluas 2.500 hektare.
Keesokannya (31/12), bersama sekitar 30 pendaki, saya
menuju ke pos Pintu Rimba
(1.809 mdpl) via Kersik Tuo. Jalan
setapak menyambut kami mulai
pos Pintu Rimba hingga selter 1
di ketinggian 2.505 mdpl.
Pendakian ke puncak dijadwalkan dalam waktu dua hari satu malam. Gunung berapi aktif
tersebut menjadi magnet bagi
para pendaki. Menjelang momen
JAWA POS PHOTO
POSE DULU: Sebelum badan hancur dan wajah tak tentu arah, peserta open trip Kerinci berfoto cantik dulu.
pergantian tahun, ada sekitar 600
pendaki yang berkunjung ke Kerinci. Bukan hanya pendaki tanah
air, saya juga bertemu pendaki
asal Malaysia dan Singapura.
Perjalanan dari selter 2 (3.056
mdpl) menuju selter 3 (3.291mdpl)
merupakan trek yang paling menyiksa. Curam dan sulit dilalui.
Tak jarang kami harus melewati
celah-celah sempit di antara
batuan dan pepohonan. Tanah
yang licin karena guyuran
hujan juga menjadi kendala
tersendiri. Kami juga diburu
waktu agar secepatnya tiba sebelum malam menjelang.
Akhirnya, dengan perjuangan
keras, kami tiba di selter 3 setelah senja, sekitar pukul 18.00.
Di situ kami mendirikan tenda
dan bermalam sebelum menuju
puncak Kerinci pada dini hari.
Jatuh Bangun Menuju Puncak
Minggu (1/1) kami memulai
perjalanan. Ramainya pendaki
yang merayakan tahun baru semalam, ditambah dinginnya udara, membuat kami tak bisa terlelap. Pukul 03.00 dini hari kami
bersiapuntukmemulaipendakian
ke puncak. Kondisi masih sangat
gelap. Trek tidak terlihat.
Penerangan hanya berasal dari
headlamp yang kami pakai di
kepala masing- masing. Trek juga
full terdiri atas bebatuan superterjal. Kami harus merayap dan
berpegangan di batu-batu itu agar
tidak jatuh merosot ke bawah.
Angin yang bertiup sangat kencang membuat suhu dingin makin
menusuk. Meski sudah mengenakan jaket, sarung tangan, kupluk,
dan buff, saya tetap menggigil
hebat. Mendaki dalam cuaca dingin memang sangat berat. Tapi,
ini memang waktu yang paling
tepat. Bila terlalu siang, asap belerang dari kawah akan naik.
Perjalanan dari selter 3 menuju
puncak memakan waktu 2,5–3
jam, bergantung kecepatan masing-masing pendaki. Saya terlambat menggapai puncak Kerinci sebelum matahari terbit. Di tengah perjalanan menuju puncak,
sunrise telah menyambut.
Meski lelah berjalan merangkak di medan yang susah dilalui,
saya terus mendaki jalan terjal
tersebut. Di ketinggian 3.685
mdpl terdapat Tugu Yudha yang
dibuat untuk mengenang pendaki yang hilang di sana.
Tak lama kemudian, akhirnya
saya tiba. Rasa lelah langsung terbayar. Saya langsung bersujud ketika kaki menginjak atap tertinggi
Sumatera. Hanya 2 meter dari situ,
menganga lebar kawah aktif Kerinci yang megah. (*/c5/na)
MEGAH MENANTANG:
Puncak Kerinci disaksikan dari Kersik Tuo,
desa terakhir sebelum memasuki jalur pendakian.
Kerinci yang tingginya mencapai 3.805 mdpl
masuk dalam seven summit Indonesia.
ARI GANESA/JAWA POS
Mendaki gunung
kini makin mudah.
Untuk urusan makan,
misalnya, ada trangia.
Tinggal mengepak bahan
makanan. Lalu, logistik dasar
lain seperti pakaian penahan
dingin, sleeping bag, dan
toiletries seperti sunblock
dan lip butter jangan lupa
dibawa. Oh ya, kamera
adalah wajib.
Mendaki
Atap Tertinggi